tag:blogger.com,1999:blog-71231738909768513152024-03-19T10:44:57.854-07:00Aku Bersujud Di Kaki Mu Ibuberita seputar orang tuaAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/04790781393421729645noreply@blogger.comBlogger4125tag:blogger.com,1999:blog-7123173890976851315.post-73007341518737200922013-03-11T20:51:00.000-07:002013-03-11T20:51:04.519-07:00MENGAPA RIDHO ALLAH TERGANTUNG PADA RIDHO ORANG TUA ?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sebagai seorang anak, sebaiknya kita selalu mengharap keridoan dari
keduanya dan memenuhi perintah-perintahnya, sepanjang tidak untuk
berbuat maksiat. Juga anak harus selalu mementingkan keduanya dengan
mendahulukan keinginan – keinginannya dari pada kepentingan dan
keinginan pribadi .<br />
Pernahkah anda membayangkan saat pulang kerumah mendapati orang tua
kita sudah terbaring kaku dibungkus dengan kain kafan. Perasaan menyesal
terbesit dalam hati karena sebagai anak belum cukup berbakti. Untuk itu
tunaikanlah kewajiban kita selagi kedua orang tua masih hidup. Berbuat
baiklah pada kedua orang tua. <br />
Berbakti kepada kedua orang tua sering sekali disebutkan dalam
Al-Quran, bahkan digandengkan dengan tuntunan menyembah Allah. Hal ini
menunjukan bahwa berbakti kepada Kedua orang tua (Ibu – Bapak) adalah
wajib. Anak berkewajiban berbuat baik kepada kedua orang tuanya yang
harus ditunaikan semaksimal mungkin. Apalagi jkia sering menyakitinya
dengan cara membantah dan berkata kasar pada mereka.<br />
<br />
<a name='more'></a>Selanjutnya<br />
Termasuk durhaka kepada kedua orang tua, adalah menyakitinya dengan
tidak mau memberikan hal yang baik kepada keduanya, sesuai dengan
kemampuan. Kemudian bagaimanakah kita sebagai anak tega memalingkan muka
dan berkata kasar kepadanya.<a href="http://profvedy.wordpress.com/2010/11/10/mengapa-ridho-allah-tergantung-pada-ridho-orang-tua/#_ftn1">[1]</a><br />
<em>“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada
kedua orang tuanya, (terutama kepada ibunya), karena ibunyalah yang
mengandungnya dengan berbagai susah payah, dan menyapihnya dalam (umur)
dua tahun. Oleh karena itu hendaklah kamu bersyukur kepada Ku (hai
manusia) dan juga kepada Kedua orang tuamu.” </em>( QS. Luqman 14 )<br />
Kalau dalam islam menaruh perhatian tentang masalah hak – hak anak
yang harus ditunaikan oleh orang tua, misalnya pendidikan, pengajaran,
nafkah dan sebagainya, maka dari segi lain Islam juga menaruh perhatian
tentang anak – anak harus pula menunaikan kewajiban atas orang tuanya,
sebagai penghargaan atas pengorbanan mereka. Sekaligus sebagai
pengarahan kaum muslimin untuk dapat mensyukuri nikmat Allah yang
diberikan kepada mereka.<br />
Seperti dalam hadits dari Abu Abdulrahman, diceritakan bahwa Abdul
Mas’ud pernah bertanya kepada Rasulullah SAW. tentang pahala yang banyak
mendatangkan pahala dari Allah SWT. Maka beliau menjawab, bahwa
perbuatan yang sangat banyak mendatangkan pahala ialah shalat tepat pada
waktunya, karena dengan shalat tepat pada waktunya itu berarti suatu
ketaatan yang continue (ajeg) dan merupakan muraqobah yang optimal
(merasa selalu diperhatikan Allah). Selanjutnya adalah berbuat baik
kepada kedua orang tua (birrul walidain) sebagai hak mahluk sesudah
menunaikan hak Allah.<a href="http://profvedy.wordpress.com/2010/11/10/mengapa-ridho-allah-tergantung-pada-ridho-orang-tua/#_ftn2">[2]</a><br />
<em>Dari Abu Abdulrahman, Abdullah bin Mas’ud, ia menceritakan: Aku
pernah bertanya pada Rasulullah, tentang prbuatan apakah yang paling
dicintai Allah? Jawab beliau : “yaitu shalat pada waktunya”. Aku
bertanya lagi: Kemudian apa lagi? Jawab beliau: “berbuat baik kepada
orang tua”. Aku bertanya lagi: Kemudian apa lagi? Beliau menjawab:
“Jihat fisabilillah”.</em> ( HR. Bukhori dan Muslim – Riyadhush Shalihin 3/315<br />
<strong>Berkorban untuk orang tua</strong><br />
<strong>َ</strong><strong>وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ -رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُمَا-, عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( رِضَا
اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ
اَلْوَالِدَيْنِ )</strong><strong> </strong><strong> أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ</strong><br />
<em> “Dari Abdullah Ibnu Amar al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Keridloan Allah tergantung
kepada keridloan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada
kemurkaan orang tua.” Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu
Hibban dan Hakim.” </em><br />
Berbuat baik kepada kedua orang tua dan selalu mencari keridhoanya
dengan memberikan penghargaan dan penghormatan dalam batas – batas yang
halal, belumlah seberapa kalau dibandingkan dengan pengorbannan orang
tua orang tua kepada anak dalam memberikan asuhan dan pendidikan. Baru
seimbang seandainya orang tuanya itu tertawan menjadi budak oleh musuh,
kemudian ditebusnya lalu dibebaskanya seperti yang tertera dalam hadits
berikut ini :<br />
<em>“Abu Hurairoh menuturkan, bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
“Belumlah dinamakan seorang anak membalas orang tua, sebelum dia
mendapatkan orang tuanya itu tertawan menjadi budak, lalu ia tebusnya
kemudian memerdekakanya”.</em> ( HR. Muslim – Riyadhush Shalihin 4/316 )<br />
Berdasarkan hadits tersebut, maka seorang anak dituntut untuk
memberikan pengorbannan yang sebesar-besarnya demi kepentingan orang
tua. Dan itulah yang dinamakan <strong><em>“birrul walidain”</em></strong> yang sejati.<a href="http://profvedy.wordpress.com/2010/11/10/mengapa-ridho-allah-tergantung-pada-ridho-orang-tua/#_ftn3">[3]</a><br />
<strong>Mengutamakan ibu</strong><br />
<em>“Abu Hurairoh juga meriwayatkan, bahwa ada seorang lelaki
menghadap Rasulullah SAW. Untuk menayakan siapakah orang yang lebih
patut dilakukan persahabatan dengan baik? Maka jawab Rasulullah SAW.
Ibumu. Kemudian ia pun bertanya lagi : lalu siapa lagi? Jawab beliau
tetap : Ibumu. Lalu ia bertanya lagi: Lalu siapa lagi: Maka kali ini
jawab beliau: Ayahmu”</em> ( HR. Bukhari dan Muslim – Riyadhush Shalihin 9/319 )<br />
Dalam satu riwayat ( bahwa lelaki tersebut bertanya ): Ya Rasulullah,
siapakah orang yang lebih patut dilakukan persahabatan dengan baik?
Beliau menjawab: Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, dan kemudian
bapakmu, dan selanjutnya orang – orang yang paling dekat denganmu, dan
yang paling dekat denganmu.<br />
Dari hadits ini dapat kita ambil bebeapa pelajaran yaitu :<br />
<ol>
<li>Ibu dalam hubungan dengan anak — adalah lebih diutamakan dari pada ayah.</li>
<li>Balasan amal (jaza’) sesuai dengan tingkat amalnya.</li>
<li>Tertib hak – densarzgan hubungan sesama insan adalah berdasar dekatnya hubungan.</li>
</ol>
Rasulullah lebih menekakan dan mengutamakan ibu ketimbang ayah dalam
kaitanya dengan masalah perlakuan, karena suatu fakta ibulah yang
mengandungnya dan yang mengasuhnya. Berarti dialah yang banyak merasakan
kepayahan disamping itu, ibu sangatlah dibutuhkan oleh anak – anaknya.<br />
<strong>َ</strong><strong>وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ
الْعَاصِ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله
عليه وسلم قَالَ: ( مِنْ اَلْكَبَائِرِ شَتْمُ اَلرَّجُلِ وَالِدَيْهِ
قِيلَ: وَهَلْ يَسُبُّ اَلرَّجُلُ وَالِدَيْهِ</strong><strong>؟</strong><strong> </strong><strong>قَالَ: نَعَمْ يَسُبُّ أَبَا اَلرَّجُلِ, فَيَسُبُّ أَبَاهُ, وَيَسُبُّ أُمَّهُ, فَيَسُبُّ أُمَّهُ )</strong><strong> </strong><strong> مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ </strong><br />
<em>“Dari Abdullah Ibnu Amar Ibnu al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Termasuk dosa besar
ialah seseorang memaki orang tuanya.” Ada seseorang bertanya: Adakah
seseorang akan memaki orang tuanya. Beliau bersabda: “Ya, ia memaki ayah
orang lain, lalu orang lain itu memaki ayahnya dan ia memaki ibu orang
lain, lalu orang itu memaki ibunya.” Muttafaq Alaihi”</em><br />
<strong>Sopan Santun Anak kepada Orang Tua</strong><br />
<em>Dan dari Abu Hurairoh, dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “ Celaka,
sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua
orangtunya berusia lanjut, salah satunya atau kedua – duanya, tetapi
(dengan itu) dia tidak masuk surga”</em> ( HR. Muslim – Syarah Riyadhush Shalihin juz 2 halaman 10/320 )<br />
Dalam hadits ini oleh Rasulullah SAW. diterangkan bahwa keberadaan
orang tua yang telah berusia lanjut itu justru kesempatan paling baik
untuk mendapatkan pahala dari Allah dan jembatan emas menuju surga.
Karena itu justru rugi besar, orang yang menyia – nyiakan kesempatan
yang paling baik ini, sehingga dia mengabaikan hak – hak orang tuanya
itu. Hadits ini merupakan penegasan dari ayat yang memerintahkan anak
berbakti pada kedua orang tua dan tidak boleh berkata kasar serta kata –
kata yang menjengkelkan hati semacam “ah” di saat-saat orang tua
berusia lanjut. ( QS. Al-isra’ 23 )<br />
Kemudian dalam suatu riwayat oleh Imam Bukhori dan Muslim Rasulullah
menerangkan bahwa hak kedua orang tua itu harus lebih didahulukan dari
pada hijrah dan perang, dengan catatan apabila anak tersebut adalah satu
– satunya yang mengurus kedua orang tuanya. Waktu itu pmerintah boleh
membebaskan kewajiban perang terhadap satu – satunya anak yang orang
tuanya tidak lagi mampu berusaha sendiri.<br />
Dalam kitab bidayatul hidayah ( tuntunan mencapai hidayah Allah )
karangan Imam Abu Hamid Al-Ghozali dijelaskan agar kita memperhatikan
sopan santun bergaul dengan kedua orang tua, diantaranya ialah :<br />
<ol>
<li>Mendengar ucapan mereka</li>
<li>Berdiri ketika mereka berdiri, untuk menghormatinya</li>
<li>Menaati semua perintah mereka</li>
<li>Tidak berjalan didepan mereka</li>
<li>Tidak bersuara lantang kepadanya, atau membentak meskipun dengan kata – kata “hus”</li>
<li>Memenuhi panggilanya</li>
<li>Bersuara menyenangkan hati mereka</li>
<li>Bersikap ramah ( tawadlu’) terhadap mereka</li>
<li>Tidak boleh mengungkit kebaikannya yang telah diberikan kepada mereka</li>
</ol>
10. Tidak boleh melirik kepada mereka atau menyinggung perasaanya<br />
11. Tidak boleh bermuka masam dihadapan mereka<br />
12. Tidak melakukan bepergian kecuali dengan izin mereka<br />
<strong>Berbakti pada orang tua yang sudah meninggal </strong><br />
Tak penah bisa kita bayangkan betapa sedihnya saat mendapati ibu atau
ayah kita sudah terbaring kaku di depan mata. Padahal kita sering
sekali berbuat salah dan durhaka pada ibu, sering berkata kasar pada
bapak saat meminta uang. Perasaan menyesal karena belum sempat meminta
maaf apalagi berbakti pasti menambah kesedihan . lalu apa yang bisa anak
lakukan untuk berbakti pada orang tuanya yang sudah meningggal.<br />
<em>Abi Usaid, Malik bin Rabi’ah as-Sa’idi r.a;. mengatakan ketika
kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW. Tiba – tiba ada seorang lelaki
dari bani Salamah menghadap Rasulullah seraya berucap : Ya Rasulullah
apakah masih ada kebaikan yang harus saya tunaikan terhadap kedua orang
tua ku sepeninggal mereka? Jawab Rasulullah SAW. : Ya, masih ada, yaitu
engkau mendoakanya, meminta ampun kepada Allah untuk mereka,
melaksanakan janji mereka sesudah mereka itu meninggal dunia, menyambung
kekeluargaan dimana kekeluargaan itu tidak akan bisa bersambung
melainkan dengan sebab orang tua tersebut dan menghormati kawan – kawan
kedua orang tua. </em>( HR. Abu Daud )<br />
Dari hadist diatas dapat kita ambil pelajaran bahwa setelah orang tua
kita meninggal ternyata masih ada yang dapat dilakukan anak untuk
berbakti kepada orang tua. Diantaranya :<br />
[1] mendo’akannya<br />
[2] menshalatkan ketika orang tua meninggal<br />
[3] selalu memintakan ampun untuk keduanya.<br />
[4] membayarkan hutang-hutangnya<br />
[5] melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at.<br />
[6] menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya<br />
Salah satu cara kita sebagai anak dalam mempraktikan ajaran – ajaran
yang ternukil di Al- Quran dan hadits Nabi adalah dengan cara berbakti
kebada orang tua. Karena untuk mendapatkan ridho Allah kita harus bisa
mendapatkan ridho dari kedua orang tua. Orang tua sudah berkorban banyak
untuk membesarkan anaknya . ini harus di balas oleh anaknya dengan cara
berbakti kepada orang tua, baik mereka yang masih hidup atupun mereka
sudah meninggal dunia. Bahkan tanggung jawab anak sebagai ahli waris
justru lebih bertambah setelah orang tuanya meninggal.<br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04790781393421729645noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7123173890976851315.post-25503457691084547012013-03-11T20:26:00.000-07:002013-03-11T20:26:11.063-07:00maafkan aku ibu ,, ampuni aku ya ALLAH <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />Durhaka terhadap orang tua adalah diantara dosa dosa besar!<br />Kewajiban anak terhadap orang -tua, yaitu berbuat baik, taat dan menghormat. Ini sesuai dengan panggilan fitrah yang harus dipenuhi dengan sebaik-baiknya.<br /><br />Dan yang lebih hebat lagi ialah hak ibu, sebab dialah yang paling berat menanggung penderitaan waktu mengandung, melahirkan, menyusui, dan mengasuh.<br /><br />Firman Allah Ta'ala:<br />"Dan kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu-bapanya, ibunya telah mengandung dia dengan susah-payah dan melahirkannya dengan susah-payah pula; mengandung dan menyusuinya selama 30 bulan." (al-Ahqaf: 16)<br /><br />Diriwayatkan:<br />"Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi dan bertanya: Siapakah manusia yang lebih berhak saya kawani dengan baik?<br /><br />Ia menjawab: Ibumu!<br /><br />Dia bertanya lagi: Kemudian siapa?<br /><br />Ia menjawab: Ibumu!<br /><br />Dia bertanya lagi: Kemudian siapa lagi?<br /><br />Ia menjawab: Ibumu!<br /><br />Dia bertanya lagi: Kemudian siapa lagi?<br /><br />Ia menjawab: Ayahmu!" (Riwayat Bukhari dan Muslim)<br /><br />Nabi anggap durhaka kepada dua orang tua itu sebagai dosa besar, sesudah syirik.<br /><br />Begitulah sebagaimana ungkapan al-Quran.<br /><br />Oleh karena itu dalam hadisnya, Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:<br /><br />"Maukah kamu saya terangkan sebesar-besar dosa besar --tiga kali.<br /><br />Mereka menjawab: Mau, ya Rasulullah!<br /><br />Maka bersabdalah Nabi, yaitu:<br /><br /> 1. menyekutukan Allah,<br /> 2. durhaka kepada dua orang tua --waktu itu dia berdiri sambil bersandar, kemudian duduk, dan berkata:<br /> 3. Ingatlah! Omongan dusta dan saksi dusta." (Riwayat Bukhari dan Muslim)<br /><br /><br />"Ada tiga orang yang tidak akan masuk sorga:<br />1) orang yang durhaka kepada dua orang tua;<br />2) laki-laki yang tidak ada perasaan cemburu terhadap keluarganya;<br />3) perempuan yang menyerupai laki-laki." (Riwayat Nasa'i, Bazzar dan Hakim)<br /><br />"Semua dosa akan ditangguhkan Allah sampai nanti hari kiamat apa saja yang Dia kehendaki, kecuali durhaka kepada dua orang tua, maka sesungguhnya Allah akan menyegerakan kepada pelakunya dalam hidupnya (di dunia) sebelum meninggal." (Riwayat Hakim)<br /><br />Allah memperkuat pesannya untuk berbuat baik kepada dua orang tua ini, ketika kedua orang tua tersebut telah mencapai umur lanjut, kekuatannya sudah mulai menurun, mereka sudah mulai sangat membutuhkan pertolongan dan dijaganya perasaannya yang mudah tersinggung itu.<br /><br />Dalam hal ini Allah berfirman sebagai berikut:<br />"Tuhanmu telah memerintahkan hendaklah kamu tidak berbakti kecuali kepadaNya dan berbuat baik kepada dua orang tua, jika salah satu di antara mereka atau keduanya sudah sampai umur tua dan berada dalam pemeliharaanmu, maka janganlah kamu katakan kepada mereka itu kata-kata 'uff' (kalimat yang tidak menyenangkan hati), dan jangan kamu bentak mereka, tetapi katakanlah kepada mereka berdua kata-kata yang mulia.<br /><br />Dan rendahkanlah terhadap mereka berdua sayap kerendahan karena kasih, dan doakanlah kepada Tuhanmu: Ya Tuhanku! Berilah rahmat mereka itu, sebagaimana mereka telah memeliharaku di waktu aku masih kecil." (al-Isra': 23-24)<br /><br />Beberapa atsar (omongan para sahabat) menyebutkan dalam mengiringi ayat-ayat ini dengan mengatakan: andaikata ada kalimat yang oleh Allah dipandang lebih rendah daripada uff, niscaya Ia haramkan juga.<br /><br />Membuat Gara-Gara yang Menyebabkan Dicacinya Dua Orang Tua, Termasuk Dosa Besar<br /><br />Lebih dari itu, bahwa Rasululiah s.a.w. tidak menjadikan gara-gara dicacinya dua orang tua hanya sekedar haram, tetapi termasuk dosa besar.<br /><br />Rasulullah s.a.w. bersabda:<br />"Sesungguhnya di antara sebesar-besar dosa besar, ialah seseorang melaknat orang tuanya sendiri --kemudian para sahabat merasa heran, bagaimana mungkin seorang yang berakal dan beriman akan melaknat orang tuanya, padahal mereka adalah penyebab hidupnya.<br /><br />Kemudian mereka itu bertanya: bagaimana bisa jadi seseorang akan melaknat dua orang tuanya?<br /><br />Maka jawab Nabi: yaitu dia mencaci ayah orang lain kemudian orang tersebut mencaci ayahnya, dan ia mencaci ibu orang lain, kemudian orang tersebut mencaci ibunya."<br />(Riwayat Bukhari dan Muslim)</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04790781393421729645noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7123173890976851315.post-83301799834733263052013-02-19T19:06:00.002-08:002013-02-19T19:06:37.741-08:00Surga Di bawah Telapak Kaki Ibu.<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqxXnZsH78Tln2v-fneHWfJE19O4Aqq-k0DP-PNd9afIpLJmNo3f0X0_Xzey2uXqdhdpJ7JV0ZIyB6VhJxXeSHBLrJgDIRZfHvm72OGK4K73hXP3i2piFzzjnhcYXKaBYPeXLQyKi6OZBB/s1600/217640_1512199225145_4688293_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqxXnZsH78Tln2v-fneHWfJE19O4Aqq-k0DP-PNd9afIpLJmNo3f0X0_Xzey2uXqdhdpJ7JV0ZIyB6VhJxXeSHBLrJgDIRZfHvm72OGK4K73hXP3i2piFzzjnhcYXKaBYPeXLQyKi6OZBB/s1600/217640_1512199225145_4688293_n.jpg" height="150" width="200" /></a>Ungkapan di atas sangat populer sekali dan banyak beredar di
pengajian, ceramah, dan tulisan yang menekankan keutamaan berbakti
kepada kedua orang tua, terutama seorang ibu yang telah banyak berjasa
besar dan melakukan pengorbanan yang luar biasa untuk anaknya.<br />
Ungkapan ini semakin laris manis pada saat menyongsong hari ibu yang
diperingati oleh sebagian kaum muslimin untuk mengenang jasa para
ibunda. Namun, apakah ungkapan ini merupakan hadits Nabi?! Ataukah
hanya kata mutiara saja?! Apakah kemasyhurannya adalah jaminan bahwa
itu adalah ucapan Nabi?!<br />
Berikut ini kajian singkat tentang hadits pembahasan. Semoga Allah menjadikannya bermanfaat bagi kita semua.<br />
TEks Hadits: “Surga di bawah telapak kaki ibu.<br />
” MAUDHU’. Diriwayatkan oleh Abu Bakar asy Syafi’i dalam
ar-Ruba’iyyat 2/25/1, Abu Syaikh dalam al-Fawaid no. 357 dalam
at-Tarikh hlm. 253, atsTsa’labi dalam Tafsirnya 3/53/1, alQudha’i
dalam Musnad Syihab 2/2/1, adDulabi dalam al- Kuna 2/138 dari Manshur
bin Muhajir dari Abu Nadhr al Abbar dari Anas secara marfu’.<br />
Sanad ini parah, karena Manshur dan Abu Nadhr tidak dikenal
sebagaimana kata Ibnu Thahir, seperti dinukil oleh al Munawi dalam
Faidhul Qadir seraya mengatakan, “Hadits ini mungkar.”<br />
Hadits ini memiliki jalur lain, diriwayatkan Ibnu Adi dalam al-Kamil
1/325 dan al Uqaili dalam adh-Dhu’afa' dari Musa bin Muhammad bin
Atha': Menceritakan kepada kami Abu Malih: Menceritakan kepada kami
Maimun dari Ibnu Abbas d secara marfu’ (sampai kepada Nabi).<br />
Sanad ini adalah maudhu’, sebab Musa bin Atha' adalah seorang pendusta. AlUqaili ber kata, “Hadits ini mungkar.”<br />
<strong>Pnngganti yang shahih </strong><br />
Sebagai ganti hadits ini adalah hadits Mu’awiyah bin Jahimah, bahwasanya beliau datang kepada Rasulullah seraya berkata:<br />
<br />
“Wahai Rasulullah, aku hendak berperang, kini aku datang untuk
meminta pendapat engkau.” Rasulullah menjawab, “Apakah engkau
mempunyai ibu?” Jawabnya, “Ya.” Lalu Rasulullah bersabda, “Berbuat
baiklah kepadanya. Sesungguhnya surga itu berada di bawah kedua
kakinya.”<br />
Diriwayatkan Nasa’i (2/54) dan athThabarani (2/225), dan
sanadnya?hasan—insya Allah. Al Hakim menshahihkannya (4/151) dan
disetujui oleh adzDzahabi dan alMundziri (3/214).<br />
Faedah: Maksud “Surga di bawah telapak kaki ibu” adalah bahwa
tawadhu’ (rendah hati) kepada seorang ibu merupakan sebab masuknya
seorang ke surga. Demikian dikatakan oleh azZarkasyi dan asSakhawi.<br />
<strong>Yang Penting Maknanya Benar</strong><br />
Kebenaran makna dan isi suatu ungkapan tidak serta-merta menjadi
alasan bolehnya menisbahkan ungkapan tersebut kepada Nabi. Sebab, tidak
boleh menisbahkan ungkapan kepada Rasulullah kecuali yang
benar-benar beliau sabdakan. AlHafizh Abul Hajjaj alMizzi berkata,
“Tidak boleh seorang pun menisbahkan ungkapan yang dianggapnya baik ke
pada Rasulullah sekalipun maknanya benar, karena semua yang dikatakan
oleh Rasulullah adalah benar, tetapi tidak semua yang benar itu mesti
dikatakan oleh Rasulullah .”<br />
Syaikh alAlbani juga menilai bahwa termasuk kebodohan anggapan
bahwa suatu hadits apabila benar maknanya berarti Rasul pasti
mengucapkannya. Beliau berkata, “Sungguh ini adalah kejahilan yang
amat parah, karena betapa banyak hadits-hadits yang dilemahkan oleh
para ulama ahli hadits padahal maknanya shahih. Terlalu banyak kalau
saya harus menampilkan contoh-contohnya, cukuplah apa yang terdapat
dalam kitab karyaku ini. Seandainya penshahihan hadits dibuka karena
melihat maknanya yang shahih tanpa melihat kepada sanadnya, niscaya
berapa banyak kebatilan akan masuk kepada syari’at dan betapa banyak
manusia yang akan menyandarkan kepada Nabi ucapan yang tidak beliau
katakan, dengan alasan tersebut, kemudian mereka mengambil tempat
duduknya di neraka.”<br />
<strong>Pupuler Bukan Jaminan Shahih</strong><br />
Bila ada yang mengatakan: Namun, hadits ini 'kan sudah masyhur dan
populer sekali di masyarakat, apakah hal itu tidak cukup menunjukkan
bahwa dia adalah hadits shahih?! Kami katakan: Suatu hadits yang masyhur
(populer) dan laris-manis di kalangan masyarakat sama sekali
bukanlah jaminan bahwa hadits tersebut shahih. Berapa banyak hadits
yang masyhur di masyarakat, tetapi para ulama ahli hadits
menghukuminya sebagai hadits lemah, palsu, bahkan tidak ada asalnya.<br />
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Hadits masyhur bisa juga diartikan
dengan suatu hadits yang banyak beredar di lidah masyarakat umum, maka
hal ini mencakup hadits yang memiliki satu sanad atau lebih, bahkan
hadits yang tidak memiliki sanad sama sekali.”<br />
Syaikhul Islam berkata, “Seandainya sebagian masyarakat umum yang
mendengar hadits dari tukang cerita dan aktivis dakwah, atau dia
membaca hadits, yang baginya adalah populer, maka hal itu sama sekali
bukanlah menjadi patokan. Betapa banyak hadits-hadits yang populer di
masyarakat umum, bahkan di kalangan para ahli fiqih, kaum sufi, ahli
filsafat, dan sebagainya, lalu menurut pandangan ahli hadits ternyata
hadits tersebut adalah tidak ada asalnya, dan mereka menegaskan hadits
terse but palsu.”<br />
<strong>Ibu, Alangkah Besarnya Jasamu!!</strong><br />
Sesungguhnya kedudukan berbuat baik ke pada orang tua dalam Islam
sangatlah tinggi dan agung. Betapa banyak Allah mengiringkan antara
hakNya dan hak orang tua, seperti firman Allah :<br />
ِ<em>Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara ke duanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil.”</em> (QS. alIsrâ' [17]: 23–24)<br />
Berbuat baik kepada ibu bapak sama-sama ditekankan dalam Islam,
namun yang lebih ditekankan lagi ialah berbuat baik kepada ibu karena
besarnya jasa dan pengorbanan seorang ibu daripada ayah.<br />
Allah berfirman:<br />
َٰ<em> Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu</em>. (QS. Luqman [31]: 14)<br />
Dalam ayat ini Allah menyebutkan tiga jasa ibu: tugas sebagai ibu, mengandung, dan me nyapih.<br />
Ayat ini diperkuat oleh hadits berikut:<br />
Dari Abu Hurairah berkata, “Datang seorang lelaki kepada
Rasulullah seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang
paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya?’ Beliau menjawab,
‘Ibumu.’ Dia bertanya lagi, ‘Lalu siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu.’
Dia bertanya lagi, ‘Siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu.’ Dia
bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Kemudian
ayahmu.’” (HR. Bukhari: 5971 dan Muslim: 2548)<br />
Dalam hadits ini, Nabi menyebut ibu sebanyak tiga kali, menunjukkan
bahwa ibu adalah wanita yang paling berjasa bagi anak. Maka
semestinya seorang anak untuk berbuat baik kepadanya lebih dari yang
lainnya. Namun sangat disayangkan sekali, pada zaman kita sekarang
banyak sekali anak-anak yang tidak berbakti kepada ibunya. Lantas,
seperti inikah balasan orang yang telah berjasa besar kepadamu?!<br />
Saudaraku, seorang ibu adalah wanita yang sangat mulia dan pahlawan
bagi anak, dia telah melakukan pengorbanan yang luar biasa dan berjasa
dengan jasa yang tidak bisa dibayar dengan harta, dialah yang
mengandung be berapa bulan lamanya dengan penuh kesulitan dan
penderitaan, dialah yang melahirkan de ngan taruhan nyawa, dialah yang
menyusui, merawat, mendidik, mengasihi hingga tumbuh dewasa. Ingatlah
bahwa kebaikan apa pun yang telah engkau berikan kepada ibu, maka itu
belum sesuai dengan jasa mereka sedikit pun.<br />
Dikisahkan bahwa ada seorang berkata kepada sahabat Abdullah bin
Umar, “Saya telah menggendong ibuku di atas punggungku dari Khurasan
sampai selesai menunaikan ibadah manasik haji, apakah saya telah
membalas budi ibu saya?!” Ibnu Umar, “Tidak seimbang sama sekali
meskipun (hanya) dengan sekali penderitaannya saat melahirkan.”
Akhirnya, kita berdo’a kepada Allah agar menjadikan kita semua
anak-anak yang berbakti kepada orang tua kita, khususnya kepada ibu
kita, baik ketika mereka masih hidup di dunia atau sudah meninggal
dunia..Amiiiiin.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04790781393421729645noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7123173890976851315.post-80304079478465290372013-02-12T23:01:00.001-08:002013-02-12T23:01:19.655-08:00Ibu Telah Pergi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFMikUc6wJd4tzeGI4rgJHZSwFG7OFWrLJIYdNr46FIZ7kcMaMCYEFafaaeuXYTNRDyobbBYyrCrJvIQUqB0-ebnHhrdoKv5lnTXmORzxi_mbNN6GJmaki0eliT9GtZLBcUIuVmIVi9fas/s1600/307642_465130546857953_797919465_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFMikUc6wJd4tzeGI4rgJHZSwFG7OFWrLJIYdNr46FIZ7kcMaMCYEFafaaeuXYTNRDyobbBYyrCrJvIQUqB0-ebnHhrdoKv5lnTXmORzxi_mbNN6GJmaki0eliT9GtZLBcUIuVmIVi9fas/s200/307642_465130546857953_797919465_n.jpg" width="134" /></a>Ibu kini engkau telah tiada,tenang lah ibu di alam sana kami anak-anak mu akan selalu mendoakan mu ibu.<br />
<span>Di saat seperti ini Ibulah yg ku rindukan hadir menemani
perjalanan ini,tapi apalah daya ku...ibu tlah pergi untuk
selamanya...semoga ibu bahagia di sisi Allah,doa kami anak2 mu Ibu akan
selalu menyertai mu...semoga di akirat nanti kita di pertemukan kembali
oleh Allah....amin.</span><br />
<span> </span>Ya Allah Ya tuhan kami apabila Almarhum kembali menghadap
kehadirat-Mu,dengan membawa amal shaleh mohon kiranya Engkau terima
sebagai amal ibadahnya dan apabila Almarhum kembali memenuhi
panggilan-Mu dengan juga membawa kekurangan,kesalahan dan kekhilafan
mohon kiranya Engkau anugerahi ia dengan ampunan dan maaf-Mu...<br />
<br />
Ibu maafkanlah dosa-dosaku<br />
Karena aku telah melawan dan berbicara<br />
Kasar kepadamu ibu<br />
Ibu maafkanlah dosa-dosaku<br />
Karena aku tidak mau menjadi anak yang durhaka<br />
Ibu maafkanlah dosa-dosaku<br />
Karena aku ingin menjadi anak yang soleh, pandai<br />
Membantu orang tua dan tidak mau melawan kepada orang tua.<br />
Ibu engkaulah segalanya bagiku<br />
Ku berdoa kepada Allah agar dosa-dosaku terhadap ibu<br />
Dapat diampunkan.<br />
Ya allah, ampunilah dosa-dosaku terhadap ibuku<br />
Ya Allah, maafkanlah kesalahanku terhadap ibuku<br />
Ya Allah, hamba tidak akan mengulanginya lagi<br />
Amin… amin… ya robal ‘alamiin.<br />
Semoga dosa-dosaku diampuni Allah…<br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/04790781393421729645noreply@blogger.com0